Rabu, 20 Februari 2013

Soal Pembahasan UN Matematika

Soal Pembahasan UN Matematika 2012
1. Diketahui premis-premis berikut:
premis I : jika hari hujan maka saya tidak pergi
premis II : jika saya tidak pergi maka saya nonton sepak bola
Kesimpulan yang sah dari penarikan kesimpulan dua premis tersebut adalah ….
a. jika hujan maka saya tidak jadi nonton sepak bola
b. jika hari hujan maka saya nonton sepak bola
c. hari hujan dan saya nonton sepak bola
d. saya tidak nonton sepakbola atau hari tidak hujan
e. hari hujan, saya tidak pergi tetapi saya nonton sepak bola
Pembahasan
misal,
p : hari ini hujan
q : saya tidak pergi
r : saya nonton sepakbola
maka,
premis I : p → q
premis II : q → r
kesimpilannya: p → r
jawab b
2. Negasi dari pernyataan “Jika ada ujian sekolah maka siswa belajar dengan rajin.” adalah ….
a. ada ujian sekolah dan semua siswa tidak belajar dengan rajin
b. ada ujian sekolah dan beberapa siswa tidak belajar dengan rajin
c. ada ujian sekolah dan ada siswa yang belajar dengan rajin
d. tidak ada ujian sekolah dan semua siswa belajar dengan rajin
e. tidak ada ujian sekolah dan beberapa siswa siswa tidak belajar dengan rajin
Alternatif penyelesaian:
Misalkan,
p : ada ujian sekolah
q : semua siswa belajar rajin
maka pernyataan “Jika ada ujian sekolah maka semua siswa belajar dengan rajin” dapat ditulis
sebagai  p → q. Mengingat p → q  <=> ~p ˅q maka diperoleh ~(~p ˅q) <=>  p˄~q
Jadi negasi dari pernyataan “Jika ada ujian sekolah maka semua siswa belajar dengan rajin” adalah
“Ada ujian sekolah dan beberapa siswa tidak belajar dengan rajin”
untuk pembahasan soal Ujian Nasional (UN) Matematika bisa anda download pada link dibawah ini
Pembahasan soal ujian nasional (UN) matematika tahun pelajaran 2010/2011 IPA
Pembahasan soal ujian nasional (UN) matematika tahun pelajaran 2010/2011 IPS
Pembahasan soal ujian nasional (UN) matematika tahun pelajaran 2011/2012 IPA
Pembahasan soal ujian nasional (UN) matematika tahun pelajaran 2011/2012 IPS

Senin, 18 Februari 2013

Trigonometri dalam Memperkirakan Jarak Antara Benda – Benda Luar Angkasa.

Kegunaan Trigonometri dalam Memperkirakan Jarak Antara Benda – Benda Luar Angkasa.

             Trigonometri atau ilmu ukur segitiga merupakan salah satu cabang matematika yang paling mansyur dan telah berumur ribuan tahun. Trigonometri memilki peran yang sangat penting dalam mengungkapkan misteri alam semesta, jauh sebelum datangnya peralatan canggih dan penjelajahan angkasa dewasa ini. Bayangkan, dengan konsep yang sederhana seorang astronomi dapat memperkirakan diameter Mars, Jupiter, atau Matahari, bahkan benda – benda angkasa lainnya. Dengan trigonometri, astronomi juga dapat memperkirakan jarak antara bumi dengan bulan, bumi dengan matahari, atau jarak bumi dengan galaksi andromeda. Anda mungkin pernah membaca data – data mengenai planet Mars, misalnya diameternya, jaraknya dengan bumi, dan data lainnya padahal kita belum pernah pergi kesana.
            Bagaimana mereka menghitungnya ?. Salah satunya dengan bantuan trigonometri. Bayangkan jika kita harus mengandalkan meteran untuk mengukur diameter bumi, berapa ribu kilometer meteran yang di perlukan untuk mengukur diameter bumi, belum lagi kita perlu membawa  meteran tersebut melintasi samudra.
Bagaimana sebenarnya cara astronom untuk dapat menghitung dan mengetahui jarak diantara benda-benda langit seperti Matahari, planet, bintang, galaksi dan sebagainya. Metode penentuan jarak bintang dan objek luar angkasa lainnya yang paling sederhana adalah metode paralaks trigonometri. Akibat perputaran Bumi mengitari Matahari, maka bintang-bintang yang dekat tampak bergeser letaknya terhadap latar belakang bintang-bintang yang jauh. Dengan mengukur sudut pergeseran itu (disebut sudut paralaks), dan karena kita tahu jarak Bumi ke Matahari, maka jarak bintang dapat ditentukan.
            Pada abad ke-19 dilakukan pengukuran jarak bintang dengan cara Paralaks Trigonometri. Untuk memahami cara ini, lihatlah gambar berikut ini.

Akibat pergerakan Bumi mengelilingi Matahari, bintang terlihat seolah-olah bergerak dalam lintasan elips yg disebut elips paralaktik. Sudut yg dibentuk antara Bumi-bintang-Matahari (p) disebut paralaks bintang. Makin jauh jarak bintang dengan Bumi maka makin kecil pula paralaksnya. Dengan mengetahui besar paralaks bintang tsb, kita dapat menentukan jarak bintang dari hubungan:
tan p = R/d
R adalah jarak Bumi – Matahari, dan d adalah jarak Matahari – bintang. Karena sudut theta sangat kecil persamaan di atas dpt ditulis menjadi
Ø= R/d
pada persamaan di atas p dlm radian. Sebagian besar sudut p yg diperoleh dari pengamatan dlm satuan detik busur (lambang detik busur = {”}) (1 derajat = 3600″, 1 radian = 206265″). Oleh krn itu bila p dalam detik busur, maka
p = 206265 (R/d)
Bila kita definisikan jarak dalam satuan astronomi (SA) (1 SA = 150 juta km), maka
p = 206265/d
Dalam astronomi, satuan jarak untuk bintang biasanya digunakan satuan parsec (pc) yg didefinisi sebagai jarak bintang yg paralaksnya satu detik busur. Dengan begini, kita dapatkan
1 pc = 206265 SA = 3,086 x 10^18 cm = 3,26 tahun cahaya
p = 1/d –> p dlm detik busur, dan d dlm parsec.
Dari pengamatan diperoleh bintang yg memiliki paralaks terbesar adalah bintang Proxima Centauri yaitu sebesar 0″,76. Dengan menggunakan persamaan di atas maka jarak bintang ini dari Mthr (yg berarti jarak bintang dgn Bumi) adalah 1,3 pc = 4,01 x 10^13 km = 4,2 tahun cahaya (yang berarti cahaya yg dipancarkan oleh bintang ini membutuhkan waktu 4,2 tahun untuk sampai ke Bumi). Sebarapa jauhkah jarak tersebut?? Bila kita kecilkan jarak Bumi – Mthr (150 juta km) menjadi 1 meter, maka jarak Mthr – Proxima Centauri menjadi 260 km!!! Karena sebab inilah bintang hanya terlihat sebagai titik cahaya walau menggunakan teleskop terbesar di observatorium Bosscha.
Sebenarnya ada beberapa cara lain untuk mengukur jarak bintang, seperti paralaks fotometri yg menggunakan kuat cahaya sebenarnya dari bintang. Kemudian cara paralaks trigonometri ini hanya bisa digunakan untuk bintang hingga jarak 200 pc saja. Untuk bintang2 yg lebih jauh, jaraknya dapat ditentukan dengan mengukur kecepatan bintang tersebut.

Sabtu, 16 Februari 2013

Keadaan Jenazah di Alam Kubur

Keadaan Jenazah di Alam Kubur

Sebagai pengingat untuk kita semua bahwa tak selamanya kita ini hidup di dunia, suatu saat nanti pasti kita akan berpindah ke alam lain, termasuk alam kubur. Bekal apakah yang telah atau sudah kita persiapkan untuk diri kita nantiny.

Kisahnya...
Memang sebuah pengalaman yang mungkin terlupakan dialami oleh Umar bin Abdul Aziz r.a saat dirinya berada di pemakaman salah satu saudaranya.
Betapa tidak, di pemakaman tersebut, dirinya diberi kesempatan untuk berbincang dengan ahli kubur untuk merasakan pengalaman di dalamnya.

Pada sebuah kesempatan, Umar bin Abdul Aziz mengurus salah satu jenazah keluarganya yang baru saja meninggal dunia.
Beliau mengikuti tiap proses pemakaman, mulai dari memandikan jenazah, menyalatinya hingga menguburkannya.

Namun, sesuatu telah terjadi tatkala mayat telah di masukkan liang lahat.
Tiba-tiba para mayat yang ada di kuburan tersebut memanggil-manggil nama Umar.
"Sesungguhnya salah seorang ahli kubur memanggilku dari belakan.Maukah kalian aku beritahu apa yang ia katakan kepadaku?" kata Umar sambil menghadap orang-orang yang bertakziah.
"Tentu," jawab para pentakziah.
"Ahli kubur itu memanggilku dan berkata, " Maukah kuberitahu apa yang akan dialami oleh orang yang kau cintai ini?" kata Umar.

Keadaan MAYAT.
Umar lantas menceritakan bahwa kain kafan para mayat dibakar, dirobek badannya, dan disedot darahnya, serta dikunyah dagingnya.
Bahkan Umar juga diberitahu kondisi anggota badan para jenazah.

Anggota tubuh para jenazah tersebut dicabut satu persatu hingga terpisah mulai dari telapak tangannya, lalu dari tangan ke lengan, dan dari lengan menuju pundak.
Kemudian dicabut pula lutut dari pahanya, lantas lutut dari betisnya dan dari betis menuju telapak kakinya.

Sambil menangis, Umar bin Abdul Aziz melanjutkan ceritanya bahwa umur di dunia ini hanya sedikit.
Kemuliaan di dalamnya adalah kehinaan.
pemudanya akan menjadi renta dan yang hidup di dalamnya akan mati.
Celakalah bagi mereka yang tertipu olehnya.

"Ketika semuanya berlalu dan maut datang memanggil, lihatlah berapa dekat kuburan dengan tempat tinggalnya," ujar Umar.
"Tanyakan kepada orang kaya, apa yang tersisa dari kekayaannya.Tanyakan pula kepada orang fakir, apa yang tersisa dari kefakirannya," tanya salah seorang pentakziah kepada Umar.

Umar menuturkan, kulit para mayat yang ada di kuburan tersebut warnanya menjadi pudar, dagingnya dikunyah-kunyah dan wajahnya terlumuri tanah.
Hilanglah keindahan tubuhnya yang selama ini dibanggakan semasa hidupnya.
Tulangmya meremuk, badan membusuk dan dagingnya tercabik-cabik.
"Tak ada satu orangpun yang dapat menyelamatkannya, tak terkecuali para budak yang mereka miliki,"kata Umar.

Tak Bisa BERAMAL.
Umar juga bercerita bahwa Allah SWT tak membekali si mayat dengan kasur, bahkan tongkat untuk bertopang sekalipun.
Padahal dahulu di rumah mereka merasakan kenikmatan.

Sementara itu, kini para mayat tenggelam di bawah benaman tanah.
Sudah tak ada bedanya lagi antara siang atau malam bagi mereka.
Tak ada lagi kesempatan untuk beramal.

Mereka berpisah dengan kekasih dan keluarganya.
Istri-istrinya dinikahi oleh orang lain.
Anak-anaknya bebas bermain.
Kerabatnya sibuk membagi-bagi rumah dan harta peninggalannya.
Diantara mereka ada juga yang dilapangkan kuburnya.
Diberi kenikmatan dan bersenang-senang dengannya di alam kubur.

Umar lantas menangis dan mengatakan bahwa menjadi penghuni kubur harus telah bersiap dengan segala amal perbuatan yang akan dipertanggungjawabkan.
Kita semua tak pernah tahu keputusan apa yang akan diturunkan oleh Allah SWT di alam kubur.
Tak lama kemudian, dirinya beserta para pentakziah pun meninggalkan tempat pemakaman.

Wallahu A'lam...

SIKSA KUBUR KARENA LALAI SHALAT

Jenazah Dikuliti Malaikat

Kenapa sampai terjadi salah satu jenazah ini tubuhnya dikuliti dan dicabuti dagingnya oleh malaikat di alam kubur...
Simak cerita di bawah ini.

Pada zaman pemerintahan Umar bin Abdul Aziz r.a, terdapat pemuda yang mati, dan dia adalah pemuda yang selalu meninggalkan shalat semasa hidupnya. Di dalam kubur, Jasadnya dicabik-cabik oleh Malaikat.
Na'uzubillah...


Kisahnya.
Kisah ini dirwiayatkan oleh Umar bin Abdul Aziz r.a.
Suatu ketika, Umar bin Abdul Aziz r.a. tengah mengurusi jenazah salah seorang kerabatnya yang bernama Fatih. Setelah dimandikan, dikafani dan dishalati, kemudian jenazah itu dibawa ke pemakaman umum.

Tak terlalu memakan waktu lama, jenazah pemuda itu telah selesai dikuburkan dan orang-orang pun lalu meninggalkan makam tersebut.
Begitu juga yang dilakukan Umar. Setelah beberapa langkah meninggalkan makam, tiba-tiba Umar mendengar suara yang datang dari makam baru tersebut. Umar menduga suara itu adalah suara Malaikat yang bertugas di alam kubur.

"Wahai Umar bin Abdul Aziz, maukah aku beritahu apa yang akan kuperbuat dengan orang yang engkau cintai ini?" kata suara itu.
"Tentu, ceritakanlah kepadaku," jawab Umar penasaran.
"Aku bakar kain kafannya, kurobek badannya dan kusedot darahnya serta kukunyah dagingnya. Maukah kau kuberitahu apa yang akan aku perbuat dengan anggota badannya?" ujar suara dari dalam kubur itu dengan agak keras.

Daging Dicabut.
Mendapat jawaban dari sura itu, Umar heran dan kemudian bertanya,
"Lalu, apa yang terjadi dengan anggota badannya?" tanya Umar lagi.
"Aku cabut dagingnya satu persatu dari telapak tangannya, lalu dari tangan ke lengan dan dari lengan menuju pundak. Kucabut pula lutut dari pahanya. Lalu paha dari lututnya. Kucabut pula lutut itu dari betis. Dari betis menuju telapak kakinya," kata suara itu menyeramkan.

"Ceritakanlah kepadaku, apa yang dilakukan jenazah itu di dunia sehingga ia mendapatkan siksa kubur seperti itu?" kata Umar.
"Ketahuilah, Umur di dunia hanya sedikit. kemuliaan di dalamnya adalah kehinaan, pemuda ini larut dalam kenikmatan dunia yang semu sehingga melupakan Allah SWT. Pemuda ini lalai dengan shalat," ujar suara yang diduga dari Malaikat Munkar dan Nakir itu.

Fitnah Dunia.
Umar menangis dengan penuturan suara itu. Ia banyak merenung dan menghimbau orang-orang yang masih hidup untuk memperbanyak ibadah kepada Allah SWT, diantaranya adalah dengan melaksanakan shalat, puasa dan sebagainya.

Umar semakin giat mengingatkan kepada umat Islam tentang hakikat kesenangan dunia yang terkadang menipu.
"Celakalah jenazah yang tertipu oleh dunia, di dalam kubur tidak ada perbedaan siang dan malam, tertutup kesempatan beramal serta mereka berpisah dengan kekasih dan keluarga, istri-istrinya dinikahi oleh orang lain. Anak-anaknya bebas bermain. Kerabatnya sibuk membagi-bagi rumah dan harta peninggalannya, karena itu tingkatkanlah ibadah kepada Allah SWT," demikian salah satu dakwah Umar mengingatkan akan siksa kubur.

Api Neraka Padam berkat Air mata

Api Neraka Padam berkat Air mata

Kisah Islamiah pada sore ini tentang neraka.
Kita sebagai Umat Rasulullah SAW, ada yang masuk ke dalam Neraka Jahannam. Meski begitu, umat islam akan mendapat Syafa'at dari Rasulullah SAW, maka tak heran bila Rasul kita selalu membela dengan segenap kekuatan untuk menghalau api neraka yang akan membakar umatnya.

Sungguh sangat besar cintanya Rasulullah SAW kepada umatnya.
Bahkan dalam suatu riwayat disebutkan bahwa ketika Rasulullah SAW akan meningal dunia, umatnyalah yang selalu ditanyakan kepada Malaikat Jibril dan Malaikat Pencabut Nyawa.


Kisahnya.
Dalam suatu riwayat disebutkan bahwa kelak pada hari kiamat setiap orang akan disibukkan dengan persoalan dirinya sendiri, termasuk para nabi.

Ketika mereka dimintai pertolongan, mereka menyatakan nafsi-nafsi (sendiri-sendiri).
Kecuali nabi teristimewa, yaitu Nabi Muhammad SAW. Dalam kondisi sulit itu, beliau terus berjuang dan berusaha untuk menyelamatkan umatnya.

"Ummati...Ummati..., bagaimana halnya dengan umatku, selamatkan umatku....selamatkan umatku....," ucap Rasulullah SAW berkali-kali.
(Duuh Gusti Kanjeng Nabi, begitu besar perhatianmu pada umatmu).



Gejolak Neraka Jahannam.
Ketika penghuni neraka digiring menuju neraka, keluarlah gejolak api neraka Jahannam, bergulung-gulung menyambar-nyambar. Ketika ia bergulung-gulung hendak menyambar umat Muhammad, tiba-tiba Malaikat Jibril berteriak.
"Awas..sambaran api menuju umat Muhammad," teriak Malaikat Jibril seraya membawa semangkuk air.

Maka, dengan secepat kilat Nabi Muhammad SAW meraih air yang ada di tangan Malaikat Jibril.
Malaikat Jibri berkata,
"Cepat Muhammad, cepat Muhammad!"


Air Mata sebagai Pemadam.
Segera saja Rasulullah SAW menyiramlan air itu pada api Neraka Jahannam yang menyambar-nyambar hingga menjadi padam seketika. Setelah gejolak api itu padam dan surut kembali ke tempat asalnya, Nabi Muhammad SAW bertanya,
"Wahai Jibril, air apakah itu?"

"Itu adalah air mata umatmu yang menangisi dosa-dosanya karena takut kepada Allah SWT," jawab Malaikat Jibril.
Oleh karena itu, para sahabat yang seiman, deraikanlah dan alirkanlah air mata hingga membasahi pipi atau tumpahkanlah air mata di atas sajadah ketika membaca Al Qur'an atau pada saat sujud karena takut kepada Allah SWT

Dialog Malaikat Jibril dan Rasulullah tentang Neraka

Dialog Malaikat Jibril dan Rasulullah tentang Neraka

Kisah islamiah pada pagi hari ini tentang dialog antara Malaikat jibril dan Rasulullah SAW tentang Neraka.
Rasulullah SAW pernah mengalami kesedihan yang luar biasa sehingga sampai menitikkan air mata.

Rasulullah SAW sedih apabila nantinya ada dari umatnya yang termasuk golongan ahli neraka, karena neraka memiliki 7 buah pintu yang masing-masing disesuaikan dengan amal ibadahnya.


Kisahnya.
Nabi Muhammad SAW suatu ketika didatangi oleh Malaikat Jibril yang akan menurunkan wahyu dari Allah SWT mengenai neraka dan pintu-pintunya.
Rasulullah SAW kemudian meminta Malaikat Jibril untuk menyebutkan golongan umat yang kelak akan melewati pintu-pintu itu.

"Wahai Jibril, siapakah yang akan menempati pintu pertama?" tanya Rasulullah SAW.
"Pintu pertama dinamakan Hawiyah, yang diperuntukkan bagi kaum munafik dan kafir," jawab Malaikat Jibril.

Rasulullah SAW Sangat Sedih.
"Lalu siapakah yang akan melewati pintu kedua? tanya Rasul kembali.
"Pintu kedua dinamakan Jahim, yang diperuntukkan bagi kaum musyrikin," jelas Malaikat jibril.
"Bagaimana dengan pintu ketiga?" tanya Rasulullah SAW kembali.
"Pintu ketiga dinamakan Saqar, yang diperuntukkan bagi kaum Shobiin atau kaum penyembah api," jawabMalaikat Jibril.

"Selanjutnya pintu keempat untuk siapa?" tanya Rasulullah SAW.
"Pintu keempat dinamakan Ladha, untuk iblis dan pengikutnya," jawab Jibril.

Rasulullah SAW terdiam sejenak, ia berharap tidak ada satu pintu neraka yang diperuntukkan bagi umatnya.
"Kemudian pintu kelima dan keenam untuk siapa?" kata Rasululah SAW.
"Pintu kelima dinamakan Huthomah, diperntukkan bagi Yahudi, sedangkan pintu keenam dinamakan Sa'ir untuk kaum kafir," jelas Malaikat Jibril.

Ada Pintu Neraka untuk Umat Muhammad.
"Wahai Jibril, sekarang ceritakanlah kepadaku tentang pintu neraka yang ke tujuh itu?" pinta Rasulullah SAW.
Mendapatkan pertanyaan seperti itu, Malaikat Jibril sejenak diam seperti ragu hendak menceritakannya. Akan tetapi karena Rasululah SAW terus mendesaknya, maka Malaikat Jibril tak kuasa menolaknya.

"Ya Rasulullah, pintu ke tujuh itu diperuntukkan bagi umatmu yang berdosa besar dan meninggal dunia sebelum mengucapkan tobat," jelas Malaikat Jibril yang sedikit ketakutan.

Begitu mendengar penjelasan yang terkahir ini, Rasulullah SAW langsung pingsan seketika itu juga. Beliau tak menyangka bahwa umatnya pun disediakan tempat di neraka. Setelah sadar dari pingsannya, Rasululah SAW masih tampaksedih sekali. Beliau tidak dapat menahan air matanya yang mengalir deras.

Sungguh Nabi dan Rasul yang snagat peduli terhadap umatnya, bahkan setelah sepeninggalnya.
Semoga kita mendapat syafa'at dari Rasulullah SAW ini.
Amiin.

"Wahai Jibril, aku sangat sedih sekali mendengar penjelasanmu. Apakah ada umatku nanti yang akan masuk ke pintu ke tujuh itu?" tanya Rasulullah SAW dengan kesedihan yang mendalam.
Dan ternyata Malikat Jibril mengangguk yang berarti memang ada dari umat Nabi Muhammad yang masuk ke neraka melalui pintu ke tujuh.
Namun, hanya umat Nabi Muhammad SAW yang melakukan dosa besar dan mati sebelumbertobat saja yang akan melewati pintu ke tujuh itu.

&lt;p&gt;Your browser does not support iframes.&lt;/p&gt;
Asbabun Nuzul.
Selama beberapa hari setelah kedatangan Malaikat Jibril itu, Rasulullah SAW tidak berbicara dengan orang lain.
Beliau hanya mengurung diri di rumahnya. Beliau hanya keluar rumah kalau ke masjid ketika tiba waktu shalat, setelah shalat Beliau kembali mengurung diri di rumah.

Para sahabat yang melihatnya pun juga turut sedih dan meneteskan air mata. Mereka kemudian berkunjung ke rumah RasulullahSAW dan menanyakan perihal perasaan sedih yang dialami.
"Ya Rasululah, mengapa engkau tampak sangat sedih sekali," tanya salah seorang sahabat.
"Wahai sahabatku, sesungguhnya Jibril telah datang kepadaku dan menyampaikan wahyu tentang neraka yang memiliki tujuh pintu," ujar Rasulullah SAW.

"Ya Rasulullah, adakah salah satu pintu untuk kami semua?" tanya sahabat.
Dengan menitikkan air mata, Rasululah menganggukkan kepala.
"Salah satu pintu itu diperuntukkan bagi umatku yang mnelakukan dosa besar dan mati sebelum betobat kepada Allah SWT," ujar Rasulullah SAW.

Setelah sejenak terdiam, Rasulullah SAW melanjutkan penuturannya.
"Oleh karena itu, janganlah sekali-kali terpengaruh oleh tipu daya iblis, karena ia adalah musuh yang nyata dan akan menjerumuskan ke neraka," lanjut Rasulullah SAW kepada para sahabatnya.

Kisah inilah yang merupakan asbabun nuzul atau sebab turunnya ayat Al Qur'an, Surat Al Hijr ayat 14.
Allah SWT berfirman,
لَهَا سَبْعَةُ أَبْوَابٍ لِكُلِّ بَابٍ مِنْهُمْ جُزْءٌ مَقْسُومٌ
Artinya:
"Jahannam itu mempunyai tujuh pintu. tiap-tiap pintu (telah ditetapkan) untuk golongan yang tertentu dari mereka."

Jeritan Iblis Saat Sakaratul Maut

Jeritan Iblis Saat Sakaratul Maut

Kisah Islamiah hadir kembali dengan kisah Jin, dengan Iblis sebagai pokok pembicaraan. Saat kiamat nanti, semua yang hidup akan mati, tidak terkecuali iblis dan anak keturunannya. Disebutkan bahwa Iblis sangat sengsara pada saat naza' atau proses pencabutan nyawa.

BERIKUT KISAHNYA.
Dalam kitab karya Imam Abdirrahim bin Ahmad Al-Qadhiy diceritakan bahwa saat sangkakala kematian ditiup, maka terkejutlah semua penghuni langit dan bumi. Gunung-gunung berjalan, langit terbalik dan bumi bergoncang, orang yang hamil akan melahirkan bayinya, orang yang menyusui lupa pada anak yang disusuinya, anak-anak jadi ubanan, matahari mengalami gerhanan, manusia lupa diri dan setan pun bingung.

Allah SWT berfirman,
"Sesungguhnya goncangan pada hari kiamat adalah goncangan yang sangat besar (dahsyat)."
(QS. Al-Hajj: 1).

TIUPAN SANGKA KALA.
Dalam hadits, Rasulullah SAW bersabda,
"Apakah kalian mengetahui tentang hari tersebut?"
Merka menjawab,
"Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu."



Nabi Muhammada SAW bersabda,
"Pada hari itu Allah berfirman kepada Adam a.s,
"Bangunlah dan pilihlah dari anak cucumu yang memilih neraka. 'Berpaa orang dari tiap 1000 orang?'
Allah SWT berfirman,
Dari setiap 1000 orang, ada 999 orang di neraka dan satu orang di surga."

Maka sangatlah berat keadaan kaum pada saat itu, kebanyakan mereka menangis dan bersusah hati.
Lalu Rasulullah SAW,
"Sesungguhnya aku mengharapkan 2/3 diantara kalian adalah ahli surga."
Nabi bersabda lagi,
"Bergembiralah kalian, sesungguhnya kalian adalah bagian dari beberapa umat, seperti rambut pada lambung unta, sesungguhnya kalian adalah satu bagian dari seribu bagian umat."




Kemudian Allah SWT memerintahkan Malaikat Israfil untuk meniup sangkakala dengan tiupan yang mematikan, maka ditiup sangkakala dan malaikat israfil berkata,
"Wahai para ruh yang telanjang, keluarlah kalian atas perintah Allah SWT."

Maka binasa dan matilah seluruh penghuni langit dan bumi kecuali orang yang dikehendaki Allah, maka sesungguhnya mereka hidup di sisi-Nya.

Allah SWT berfirman,
"Hai malaikat maut, sesungguhnya Aku menciptakan bagimu sebanyak bilangan orang-orang yang pertama sampai yang terakhir sebagai pemabantu, dan Aku menjadikan untukmu kekuatan langit dan bumi, dan sesungguhnya hari ini Aku memberimu pakaian kemurkaan, maka turunlah dengan kemurkaan-Ku dan cambuk-Ku pada iblis yang terlaknat, maka timpakanlah kematian kepadanya dan bawalah padanya pahitnya kematian orang-orang dari yang pertama sampai yang terkahir dari manusia dan jin dengan berkali-kali lipat.
Dan bawalah besertamu 70.000 malaikat zabaniyah, beserta setiap malaikat sebuah rantai dari neraka Lazha."

IBLIS MENANGIS.
Lalu malaikat maut memanggil para malaikat untuk membuka pintu-pintu neraka, maka turunlah malaikat maut dengan rupa yang sangat menakutkan. Setelah sampai di hadapan iblis, malaikat maut menangkapnya hingga pingsan, iblis menjerit dengan jeritan yang seandainya seluruh penghuni langit dan bumi mendengarnya, maka pingsanlah mereka sebab jeritan iblis tersebut.

Malaikat maut berkata,
"Hai iblis, rasakanlah olehmu kematian pada hari ini, berapakah umur yang telah engkau habiskan dan berapakah lamanya engkau telah menyesatkan (manusia)."

Maka larilah iblis ini ke arah timur dan ketika sampai di timur, malaikat maut sudah berada di sana. Iblis pun berlari ke arah barat dan malikat maut pun sudah berada di sana, kemanapun iblis lari, malaikat maut selalu ditemuinya.

Iblis berkata,
"Hai malaikat maut, dengan gelas apa engkau memberiku minum?"
Malaikat maut menjawab,
"Dengan gelas dari neraka Lazha dan neraka Sa'ir."

Iblis pun terjatuh ke bumi berkali-kali, sehingga ia berada di tempat yang sangat hina dan dilaknati. Lalu malaikat zabaniyah menurunkan gantolan, menarik dan menikamnya dengan tombak, maka iblis itu mengalami naza' (proses pencabutan nayawa) dan sakaratul maut yang teramat menyakitkan.

KISAH SI PEMALAS DENGAN ABU HANIFAH

Suatu hari ketika Imam Abu Hanifah sedang berjalan-jalan melalui sebuah rumah yang jendelanya masih terbuka, terdengar oleh beliau suara orang yang mengeluh dan menangis tersedu-sedu. Keluhannya mengandungi kata-kata, "Aduhai, alangkah malangnya nasibku ini, agaknya tiada seorang pun yang lebih malang dari nasibku yang celaka ini. Sejak dari pagi lagi belum datang sesuap nasi atau makanan pun di kerongkongku sehingga seluruh badanku menjadi lemah longlai. Oh, manakah hati yang belas ikhsan yang sudi memberi curahan air walaupun setitik."
Mendengar keluhan itu, Abu Hanifah berasa kasihan lalu beliau pun balik ke rumahnya dan mengambil bungkusan hendak diberikan kepada orang itu. Sebaik saja dia sampai ke rumah orang itu, dia terus melemparkan bungkusan yang berisi wang kepada si malang tadi lalu meneruskan perjalanannya. Dalam pada itu, si malang berasa terkejut setelah mendapati sebuah bungkusan yang tidak diketahui dari mana datangnya, lantas beliau tergesa-gesa membukanya. Setelah dibuka, nyatalah bungkusan itu berisi wang dan secebis kertas yang bertulis, " Hai manusia, sungguh tidak wajar kamu mengeluh sedemikian itu, kamu tidak pernah atau perlu mengeluh diperuntungkan nasibmu. Ingatlah kepada kemurahan Allah dan cubalah bermohon kepada-Nya dengan bersungguh-sungguh. Jangan suka berputus asa, hai kawan, tetapi berusahalah terus."

Pada keesokan harinya, Imam Abu Hanifah melalui lagi rumah itu dan suara keluhan itu kedengaran lagi, "Ya Allah Tuhan Yang Maha Belas Kasihan dan Pemurah, sudilah kiranya memberikan bungkusan lain seperti kelmarin,sekadar untuk menyenangkan hidupku yang melarat ini. Sungguh jika Tuhan tidak beri, akan lebih sengsaralah hidupku, wahai untung nasibku."
Mendengar keluhan itu lagi, maka Abu Hanifah pun lalu melemparkan lagi bungkusan berisi wang dan secebis kertas dari luar jendela itu, lalu dia pun meneruskan perjalanannya. Orang itu terlalu riang sebaik saja mendapat bungkusan itu. Lantas terus membukanya.

Seperti dahulu juga, di dalam bungkusan itu tetap ada cebisan kertas lalu dibacanya, "Hai kawan, bukan begitu cara bermohon, bukan demikian cara berikhtiar dan berusaha. Perbuatan demikian 'malas' namanya. Putus asa kepada kebenaran dan kekuasaan Allah. Sungguh tidak redha Tuhan melihat orang pemalas dan putus asa, enggan bekerja untuk keselamatan dirinya. Jangan….jangan berbuat demikian. Hendak senang mesti suka pada bekerja dan berusaha kerana kesenangan itu tidak mungkin datang sendiri tanpa dicari atau diusahakan. Orang hidup tidak perlu atau disuruh duduk diam tetapi harus bekerja dan berusaha. Allah tidak akan perkenankan permohonan orang yang malas bekerja. Allah tidak akan mengkabulkan doa orang yang berputus asa. Sebab itu, carilah pekerjaan yang halal untuk kesenangan dirimu. Berikhtiarlah sedapat mungkin dengan pertolongan Allah. Insya Allah, akan dapat juga pekerjaan itu selama kamu tidak berputus asa. Nah…carilah segera pekerjaan, saya doakan lekas berjaya."

Sebaik saja dia selesai membaca surat itu, dia termenung, dia insaf dan sedar akan kemalasannya yang selama ini dia tidak suka berikhtiar dan berusaha.
Pada keesokan harinya, dia pun keluar dari rumahnya untuk mencari pekerjaan. Sejak dari hari itu, sikapnya pun berubah mengikut peraturan-peraturan hidup (Sunnah Tuhan) dan tidak lagi melupai nasihat orang yang memberikan nasihat itu.
Dalam Islam tiada istilah pengangguran, istilah ini hanya digunakan oleh orang yang berakal sempit. Islam mengajar kita untuk maju ke hadapan dan bukan mengajar kita tersadai di tepi jalan.

KISAH BERPISAHNYA ROH DARI JASAD

Dalam sebuah hadist dari Aisyah r.a katanya, "Aku sedang duduk bersila di dalam rumah. Tiba-tiba Rasulullah S.A.W datang dan masuk sambil memberi salam kepadaku. Aku segera bangun kerana menghormati dan memuliakannya sebagaimana kebiasaanku di waktu baginda masuk ke dalam rumah. Nabi S.A.W bersabda, "Duduklah di tempat duduk, tidak usahlah berdiri, wahai Ummul Mukminin." Maka Rasulullah S.A.W duduk sambil meletakkan kepalanya di pangkuanku, lalu baginda berbaring dan tertidur.
Maka aku hilangkan uban pada janggutnya, dan aku dapat 19 rambut yang sudah putih. Maka terfikirlah dalam hatiku dan aku berkata, "Sesungguhnya baginda akan meninggalkan dunia ini sebelum aku sehingga tetaplah satu umat yang ditinggalkan olehnya nabinya." Maka aku menangis sehingga mengalir air mataku jatuh menitis pada wajah baginda.
Baginda terbangun dari tidurnya seraya bertanya, "Apakah sebabnya sehingga engkau menangis wahai Ummul Mukminin?" Masa aku ceritakan kisah tadi kepadanya, lalu Rasulullah S.A.W bertanya, "Keadaan bagaimanakah yang hebat bagi mayat?" Kataku, "Tunjukkan wahai Rasulullah!"

Rasulullah S.A.W berkata, "Engkaulah katakan!," Jawab Aisyah r.a : "Tidak ada keadaan lebih hebat bagi mayat ketika keluarnya mayat dari rumahnya di mana anak-anaknya sama-sama bersedih hati di belakangnya. Mereka sama-sama berkata, "Aduhai ayah, aduhai ibu! Ayahnya pula mengatakan: "Aduhai anak!"
Rasulullah S.A.W bertanya lagi: "Itu juga termasuk hebat. Maka, manakah lagi yang lebih hebat daripada itu?" Jawab Aisyah r.a : "Tidak ada hal yang lebih hebat daripada mayat ketika ia diletakkan ke dalam liang lahad dan ditimbuni tanah ke atasnya. Kaum kerabat semuanya kembali. Begitu pula dengan anak-anak dan para kekasihnya semuanya kembali, mereka menyerahkan kepada Allah berserta dengan segala amal perbuatannya." Rasulullah S.A.W bertanya lagi, "Adakah lagi yang lebih hebat daripada itu?" Jawab Aisyah, "Hanya Allah dan Rasul-Nya saja yang lebih tahu."

Maka bersabda Rasulullah S.A.W : "Wahai Aisyah, sesungguhnya sehebat-hebat keadaan mayat ialah ketika orang yang memandikan masuk ke rumahnya untuk emmandikannya. Maka keluarlah cincin di masa remaja dari jari-jarinya dan ia melepaskan pakaian pengantin dari badannya. Bagi para pemimpin dan fuqaha, sama melepaskan serban dari kepalanya untuk dimandikan.
Di kala itu rohnya memanggil, ketika ia melihat mayat dalam keadaan telanjang dengan suara yang seluruh makhluk mendengar kecuali jin dan manusia yang tidak mendengar. Maka berkata roh, "Wahai orang yang memandikan, aku minta kepadamu kerana Allah, lepaskanlah pakaianku dengan perlahan-lahan sebab di saat ini aku berehat dari kesakitan sakaratul maut." Dan apabila air disiram maka akan berkata mayat, "Wahai orang yang memandikan akan roh Allah, janganlah engkau menyiram air dalam keadaan yang panas dan janganlah pula dalam keadaan sejuk kerana tubuhku terbakar dari sebab lepasnya roh," Dan jika merea memandikan, maka berkata roh: "Demi Allah, wahai orang yang memandikan, janganlah engkau gosok tubuhku dengan kuat sebab tubuhku luka-luka dengan keluarnya roh."

Apabila telah selesai dari dimandikan dan diletakkan pada kafan serta tempat kedua telapaknya sudah diikat, maka mayat memanggil, "Wahai orang yang memandikanku, janganlah engkau kuat-kuatkan dalam mengafani kepalaku sehingga aku dapat melihat wajah anak-anakku dan kaum keluargaku sebab ini adalah penglihatan terakhirku pada mereka. Adapun pada hari ini aku dipisahkan dari mereka dan aku tidakakan dapat berjumpa lagi sehingga hari kiamat."
Apabila mayat dikeluarkan dari rumah, maka mayat akan menyeru, "Demi Allah, wahai jemaahku, aku telah meninggalkan isteriku menjadi janda, maka janganlah kamu menyakitinya. Anak-anakku telah menjadi yatim, janganlah menyakiti mereka. Sesungguhnya pada hari ini aku akan dikeluarkan dari rumahku dan meninggalkan segala yang kucintai dan aku tidak lagi akan kembali untuk selama-lamanya."

Apabila mayat diletakkan ke dalam keranda, maka berkata lagi mayat, "Demi Allah, wahai jemaahku, janganlah kamu percepatkan aku sehingga aku mendengar suara ahliku, anak-anakku dan kaum keluargaku. Sesungguhnya hari ini ialah hari perpisahanku dengan mereka sehingga hari kiamat."

MODUL

Dalam membantu proses belajar mengajar berikut ini beberapa modul matematika yang bisa digunakan para guru matematika SMA baik yang kelas X, XI, dan XII. Modul disesuaikan dengan kelas dan pokok bahasan silahkan pilih materi yang sesuai dengan bahasan pada link-link berikut:
1. Bentuk Pangkat dan Logaritma
2. Eksponen
3. Penerapan Persamaan Dan Pertidaksamaan Kuadrat
4. Rancang Model Persamaan Dan Pertidaksamaan Kuadrat  
5. Aplikasi Turunan Fungsi
6. Pertidaksamaan Linier Satu Variabel
7. Model Pertidaksamaan Linier Satu Variabel
8. Barisan Dan Deret
9. Ekstrim Fungsi
10. Garis singgung lingkaran jika m diketahui 
11. Garis singgung di luar lingkaran
12. Garis singgung pada lingkaran
13. Integral 
14. Integral subtitusi parsial
15. Kombinasi
16. Logika
17. Grafik fungsi kuadrat
18. Jumlah kali sinus dan cosinus 
19. Permutasi 
20. Sudut ruang
21. Transformasi
22. Trigonometri


Sumber:http://www.zainurinet.com/2012/01/modul-matematika-sma-kelas-x-xi-dan-xii.html

Rabu, 13 Februari 2013

Rumus Cepat Matematika SMA Lengkap

Rumus Cepat Matematika SMA Lengkap


Info :
untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mengerjakan soal-soal matematika tidak ada salahnya saat mengerjakan soal tersebut dengan menggunakan rumus cepat tanpa mengabaikan cara konvensional seperti yang diajarkan di sekolah. Rumus cepat ini berguna ketika siswa menghadapi soal yang banyak sakali dan dalam waktu yang cepat seperti pada soal Ujian nasional dan ujian masuk perguruan tinggi. Maka soal cara ini sangat membantu sekali. Berikut terdapat beberapa file rumus cepat matematika.
Download :
Rumus Cepat :
Kumpulan Rumus Cepat Matematika SMA Link Update
Rumus Cepat Matematika – Barisan dan Deret Link Update
Rumus Cepat Matematika – Eksponen Link Update
Rumus Cepat Matematika – Fungsi Kuadrat Link Update
Rumus Cepat Matematika – Gradien Garis Link Update
Rumus Cepat Matematika – Irisan Kerucut Link Update
Rumus Cepat Matematika – Komposisi Fungsi Link Update
Rumus Cepat Matematika – Limit Fungsi Link Update
Rumus Cepat Matematika – Logaritma Link Update
Rumus Cepat Matematika – Matriks Link Update
Rumus Cepat Matematika – Peluang Link Update
Rumus Cepat Matematika – Persamaan Garis Link Update
Rumus Cepat Matematika – Persamaan Kuadrat Link Update
Rumus Cepat Matematika – Pertidaksamaan Link Update
Rumus Cepat Matematika – Program Linear Link Update
Rumus Cepat Matematika – Statistika Link Update
Rumus Cepat Matematika – Trigonometri Link Update
Rumus Cepat Matematika – Turunan Link Update
Rumus Cepat Matematika – Vektor Link Update
Tambahan :
Bab I Bentuk Pangkat – A. Bentuk Pangkat Link Update
Bab I Bentuk Pangkat – B. Bentuk Akar Link Update
Bab I Bentuk Pangkat – C. Bentuk Logaritma Link Update
Bab I Bentuk Pangkat – Ulangan Harian 1 Link Update
Bab II Pers. Kuadrat – A. Persamaan Kuadrat Link Update
Bab II Pers. Kuadrat – B. Jenis Akar & Jumlah serta Hasil  Kali Akar Link Update
Bab II Pers. Kuadrat – C. Fungsi Kuadrat Link Update
Bab II Pers. Kuadrat – Ulangan Harian 2 Link Update
Bab III Sistem Persamaan Linear – A. Menyelesaikan SPL 2 Variabel Link Update
Bab III Sistem Persamaan Linear – B. Menyelesaikan SPL 3 Variabel Link Update
Bab III Sistem Persamaan Linear – Ulangan Harian 3 Link Update
Tes :
Tes OSN Matematika Link Update
Ulangan Semester 1 Link Update

Kamis, 07 Februari 2013

CD interaktif Antiremed SMA | Zenius Multimedia Learning
buat kalian anak SMA yang kena kutukan remed bisa dicoba CD interaktif ini. Dijamin kutukan remednya ilang!!!
!

Einstein dan Mr.Bean

Dalam sebuah perjalanan di Kapal Pesiar, Einstein dan Mr.Bean duduk berdampingan.

Untuk mengisi waktu perjalanan Einstein mengajak Mr.Bean memainkan sebuah permainan, yang disambut baik oleh Mr.Bean.

"Kita masing2 mengajukan pertanyaan, jika pertanyaan saya & Anda tidak tahu jawabannya maka Anda membayar saya hanya $ 5, Tetapi jika pertanyaan Anda saya tidak tahu jawabannya, saya akan membayar Anda $ 500." kata Einstein dengan yakinnya.

Einstein mengajukan pertanyaan pertama : "Berapa jarak dari Bumi ke Bulan?"

Mr Bean tidak mengucapkan sepatah kata pun, langsung merogoh saku, mengeluarkan $ 5 diberikan kepada Einstein.

Sekarang, giliran Mr Bean bertanya : "Apakah yang saat naik ke atas bukit menggunakan 3 kaki, dan saat turun menggunakan 4 kaki?"

Einstein berusaha keras mencari jawabannya, melakukan pencarian di internet, dan meminta bantuan semua teman-temannya yg cerdas-cerdas .....
Setelah satu jam ia merogoh kantong dan memberikan Mr.Bean $ 500.

Sambil penasaran Einstein bertanya : "Ok, jadi apa yang naik keatas bukit dengan 3 kaki dan turun dengan 4 kaki ??"

Sambil tetap diam .. Mr Bean merogoh saku, dan memberikan Einstein $ 5. ......

Senin, 04 Februari 2013

Sujud Sahwi

Sebab Adanya Sujud Sahwi

Pertama: Karena adanya kekurangan.

Rincian 1: Meninggalkan rukun shalat[1] seperti lupa ruku’ dan sujud.

Jika meninggalkan rukun shalat dalam keadaan lupa, kemudian ia mengingatnya sebelum memulai membaca Al Fatihah pada raka’at berikutnya, maka hendaklah ia mengulangi rukun yang ia tinggalkan tadi, dilanjutkan melakukan rukun yang setelahnya. Kemudian hendaklah ia melakukan sujud sahwi di akhir shalat.
Jika meninggalkan rukun shalat dalam keadaan lupa, kemudian ia mengingatnya setelah memulai membaca Al Fatihah pada raka’at berikutnya, maka raka’at sebelumnya yang terdapat kekurangan rukun tadi jadi batal. Ketika itu, ia membatalkan raka’at yang terdapat kekurangan rukunnya tadi dan ia kembali menyempurnakan shalatnya. Kemudian hendaklah ia melakukan sujud sahwi di akhir shalat.
Jika lupa melakukan melakukan satu raka’at atau lebih (misalnya baru melakukan dua raka’at shalat Zhuhur, namun sudah salam ketika itu), maka hendaklah ia tambah kekurangan raka’at ketika ia ingat. Kemudian hendaklah ia melakukan sujud sahwi sesudah salam.[2]

Rincian 2: Meninggalkan wajib shalat[3] seperti tasyahud awwal.

Jika meninggalkan wajib shalat, lalu mampu untuk kembali melakukannya dan ia belum beranjak dari tempatnya, maka hendaklah ia melakukan wajib shalat tersebut. Pada saat ini tidak ada kewajiban sujud sahwi.
Jika meninggalkan wajib shalat, lalu mengingatnya setelah beranjak dari tempatnya, namun belum sampai pada rukun selanjutnya, maka hendaklah ia kembali melakukan wajib shalat tadi. Pada saat ini juga tidak ada sujud sahwi.
Jika ia meninggalkan wajib shalat, ia mengingatnya setelah beranjak dari tempatnya dan setelah sampai pada rukun sesudahnya, maka ia tidak perlu kembali melakukan wajib shalat tadi, ia terus melanjutkan shalatnya. Pada saat ini, ia tutup kekurangan tadi dengan sujud sahwi.

Keadaan tentang wajib shalat ini diterangkan dalam hadits Al Mughirah bin Syu’bah. Ia mengatakan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا قَامَ أَحَدُكُمْ مِنَ الرَّكْعَتَيْنِ فَلَمْ يَسْتَتِمَّ قَائِمًا فَلْيَجْلِسْ فَإِذَا اسْتَتَمَّ قَائِمًا فَلاَ يَجْلِسْ وَيَسْجُدْ سَجْدَتَىِ السَّهْوِ

“Jika salah seorang dari kalian berdiri dari raka’at kedua (lupa tasyahud awwal) dan belum tegak berdirinya, maka hendaknya ia duduk. Tetapi jika telah tegak, maka janganlah ia duduk (kembali). Namun hendaklah ia sujud sahwi dengan dua kali sujud.” (HR. Ibnu Majah no. 1208 dan Ahmad 4/253)

Rincian 3: Meninggalkan sunnah shalat[4].

Dalam keadaan semacam ini tidak perlu sujud sahwi, karena perkara sunnah tidak mengapa ditinggalkan.

Kedua: Karena adanya penambahan.

Jika seseorang lupa sehingga menambah satu raka’at atau lebih, lalu ia mengingatnya di tengah-tengah tambahan raka’at tadi, hendaklah ia langsung duduk, lalu tasyahud akhir, kemudian salam. Kemudian setelah itu, ia melakukan sujud sahwi sesudah salam.
Jika ia ingat adanya tambahan raka’at setelah selesai salam (setelah shalat selesai), maka ia sujud ketika ia ingat, kemudian ia salam.

Pembahasan ini dijelaskan dalam hadits Ibnu Mas’ud,

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – صَلَّى الظُّهْرَ خَمْسًا فَقِيلَ لَهُ أَزِيدَ فِى الصَّلاَةِ فَقَالَ « وَمَا ذَاكَ » . قَالَ صَلَّيْتَ خَمْسًا . فَسَجَدَ سَجْدَتَيْنِ بَعْدَ مَا سَلَّمَ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melakukan shalat Zhuhur lima raka’at. Lalu ada menanyakan kepada beliau, “Apakah engkau menambah dalam shalat?” Beliau pun menjawab, “Memangnya apa yang terjadi?” Orang tadi berkata, “Engkau shalat lima raka’at.” Setelah itu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sujud dua kali setelah ia salam tadi.” (HR. Bukhari no. 1226 dan Muslim no. 572)

Ketiga: Karena adanya keraguan.

Jika ia ragu-ragu –semisal ragu telah shalat tiga atau empat raka’at-, kemudian ia mengingat dan bisa menguatkan di antara keragu-raguan tadi, maka ia pilih yang ia anggap yakin. Kemudian ia nantinya akan melakukan sujud sahwi sesudah salam.
Jika ia ragu-ragu –semisal ragu telah shalat tiga atau empat raka’at-, dan saat itu ia tidak bisa menguatkan di antara keragu-raguan tadi, maka ia pilih yang ia yakin (yaitu yang paling sedikit). Kemudian ia nantinya akan melakukan sujud sahwi sebelum salam.

Mengenai permasalahan ini sudah dibahas pada hadits Abu Sa’id Al Khudri yang telah lewat. Juga terdapat dalam hadits ‘Abdurahman bin ‘Auf, ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا سَهَا أَحَدُكُمْ فِى صَلاَتِهِ فَلَمْ يَدْرِ وَاحِدَةً صَلَّى أَوْ ثِنْتَيْنِ فَلْيَبْنِ عَلَى وَاحِدَةٍ فَإِنْ لَمْ يَدْرِ ثِنْتَيْنِ صَلَّى أَوْ ثَلاَثًا فَلْيَبْنِ عَلَى ثِنْتَيْنِ فَإِنْ لَمْ يَدْرِ ثَلاَثًا صَلَّى أَوْ أَرْبَعًا فَلْيَبْنِ عَلَى ثَلاَثٍ وَلْيَسْجُدْ سَجْدَتَيْنِ قَبْلَ أَنْ يُسَلِّمَ

“Jika salah seorang dari kalian merasa ragu dalam shalatnya hingga tidak tahu satu rakaat atau dua rakaat yang telah ia kerjakan, maka hendaknya ia hitung satu rakaat. Jika tidak tahu dua atau tiga rakaat yang telah ia kerjakan, maka hendaklah ia hitung dua rakaat. Dan jika tidak tahu tiga atau empat rakaat yang telah ia kerjakan, maka hendaklah ia hitung tiga rakaat. Setelah itu sujud dua kali sebelum salam.” (HR. Tirmidzi no. 398 dan Ibnu Majah no. 1209. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih sebagaimana dalam As Silsilah Ash Shahihah no. 1356)

Yang perlu diperhatikan: Seseorang tidak perlu memperhatikan keragu-raguan dalam ibadah pada tiga keadaan:

Jika hanya sekedar was-was yang tidak ada hakikatnya.
Jika seseorang melakukan suatu ibadah selalu dilingkupi keragu-raguan, maka pada saat ini keragu-raguannya tidak perlu ia perhatikan.
Jika keraguan-raguannya setelah selesai ibadah, maka tidak perlu diperhatikan selama itu bukan sesuatu yang yakin.

Demikian serial pertama mengenai sujud sahwi dari rumaysho.com. Adapun mengenai tatacara sujud sahwi, bacaan di dalamnya dan permasalahan-permasalahn seputar sujud sahwi, akan kami bahas pada kesempatan selanjutnya insya Allah. Semoga Allah mudahkan.


Sujud Sahwi Sebelum ataukah Sesudah Salam?

Shidiq Hasan Khon rahimahullah berkata, “Hadits-hadits tegas yang menjelaskan mengenai sujud sahwi kadang menyebutkan bahwa sujud sahwi terletak sebelum salam dan kadang pula sesudah salam. Hal ini menunjukkan bahwa boleh melakukan sujud sahwi sebelum ataukah sesudah salam. Akan tetapi lebih bagus jika sujud sahwi ini mengikuti cara yang telah dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Jika ada dalil yang menjelaskan bahwa sujud sahwi ketika itu sebelum salam, maka hendaklah dilakukan sebelum salam. Begitu pula jika ada dalil yang menjelaskan bahwa sujud sahwi ketika itu sesudah salam, maka hendaklah dilakukan sesudah salam. Selain hal ini, maka di situ ada pilihan. Akan tetapi, memilih sujud sahwi sebelum atau sesudah salam itu hanya sunnah (tidak sampai wajib, pen).”[1]

Intinya, jika shalatnya perlu ditambal karena ada kekurangan, maka hendaklah sujud sahwi dilakukan sebelum salam. Sedangkan jika shalatnya sudah pas atau berlebih, maka hendaklah sujud sahwi dilakukan sesudah salam dengan tujuan untuk menghinakan setan.

Adapun penjelasan mengenai letak sujud sahwi sebelum ataukah sesudah salam dapat dilihat pada rincian berikut.

Jika terdapat kekurangan pada shalat –seperti kekurangan tasyahud awwal-, ini berarti kekurangan tadi butuh ditambal, maka menutupinya tentu saja dengan sujud sahwi sebelum salam untuk menyempurnakan shalat. Karena jika seseorang sudah mengucapkan salam, berarti ia sudah selesai dari shalat.
Jika terdapat kelebihan dalam shalat –seperti terdapat penambahan satu raka’aat-, maka hendaklah sujud sahwi dilakukan sesudah salam. Karena sujud sahwi ketika itu untuk menghinakan setan.
Jika seseorang terlanjur salam, namun ternyata masih memiliki kekurangan raka’at, maka hendaklah ia menyempurnakan kekurangan raka’at tadi. Pada saat ini, sujud sahwinya adalah sesudah salam dengan tujuan untuk menghinakan setan.
Jika terdapat keragu-raguan dalam shalat, lalu ia mengingatnya dan bisa memilih yang yakin, maka hendaklah ia sujud sahwi sesudah salam untuk menghinakan setan.
Jika terdapat keragu-raguan dalam shalat, lalu tidak nampak baginya keadaan yang yakin. Semisal ia ragu apakah shalatnya empat atau lima raka’at. Jika ternyata shalatnya benar lima raka’at, maka tambahan sujud tadi untuk menggenapkan shalatnya tersebut. Jadi seakan-akan ia shalat enam raka’at, bukan lima raka’at. Pada saat ini sujud sahwinya adalah sebelum salam karena shalatnya ketika itu seakan-akan perlu ditambal disebabkan masih ada yang kurang yaitu yang belum ia yakini.

Tata Cara Sujud Sahwi

Sebagaimana telah dijelaskan dalam beberapa hadits bahwa sujud sahwi dilakukan dengan dua kali sujud di akhir shalat –sebelum atau sesudah salam-. Ketika ingin sujud disyariatkan untuk mengucapkan takbir “Allahu akbar”, begitu pula ketika ingin bangkit dari sujud disyariatkan untuk bertakbir.

Contoh cara melakukan sujud sahwi sebelum salam dijelaskan dalam hadits ‘Abdullah bin Buhainah,

فَلَمَّا أَتَمَّ صَلَاتَهُ سَجَدَ سَجْدَتَيْنِ فَكَبَّرَ فِي كُلِّ سَجْدَةٍ وَهُوَ جَالِسٌ قَبْلَ أَنْ يُسَلِّمَ

“Setelah beliau menyempurnakan shalatnya, beliau sujud dua kali. Ketika itu beliau bertakbir pada setiap akan sujud dalam posisi duduk. Beliau lakukan sujud sahwi ini sebelum salam.” (HR. Bukhari no. 1224 dan Muslim no. 570)

Contoh cara melakukan sujud sahwi sesudah salam dijelaskan dalam hadits Abu Hurairah,

فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ وَسَلَّمَ ثُمَّ كَبَّرَ ثُمَّ سَجَدَ ثُمَّ كَبَّرَ فَرَفَعَ ثُمَّ كَبَّرَ وَسَجَدَ ثُمَّ كَبَّرَ وَرَفَعَ

“Lalu beliau shalat dua rakaat lagi (yang tertinggal), kemudia beliau salam. Sesudah itu beliau bertakbir, lalu bersujud. Kemudian bertakbir lagi, lalu beliau bangkit. Kemudian bertakbir kembali, lalu beliau sujud kedua kalinya. Sesudah itu bertakbir, lalu beliau bangkit.” (HR. Bukhari no. 1229 dan Muslim no. 573)

Sujud sahwi sesudah salam ini ditutup lagi dengan salam sebagaimana dijelaskan dalam hadits ‘Imron bin Hushain,

فَصَلَّى رَكْعَةً ثُمَّ سَلَّمَ ثُمَّ سَجَدَ سَجْدَتَيْنِ ثُمَّ سَلَّمَ.

“Kemudian beliau pun shalat satu rakaat (menambah raka’at yang kurang tadi). Lalu beliau salam. Setelah itu beliau melakukan sujud sahwi dengan dua kali sujud. Kemudian beliau salam lagi.” (HR. Muslim no. 574)

Apakah ada takbiratul ihrom sebelum sujud sahwi?

Sujud sahwi sesudah salam tidak perlu diawali dengan takbiratul ihrom, cukup dengan takbir untuk sujud saja. Pendapat ini adalah pendapat mayoritas ulama. Landasan mengenai hal ini adalah hadits-hadits mengenai sujud sahwi yang telah lewat.

Ibnu Hajar Al Asqolani rahimahullah berkata, “Para ulama berselisih pendapat mengenai sujud sahwi sesudah salam apakah disyaratkan takbiratul ihram ataukah cukup dengan takbir untuk sujud? Mayoritas ulama mengatakan cukup dengan takbir untuk sujud. Inilah pendapat yang nampak kuat dari berbagai dalil.”[2]

Apakah perlu tasyahud setelah sujud kedua dari sujud sahwi?

Pendapat yang terkuat di antara pendapat ulama yang ada, tidak perlu untuk tasyahud lagi setelah sujud kedua dari sujud sahwi karena tidak ada dalil dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menerangkan hal ini. Adapun dalil yang biasa jadi pegangan bagi yang berpendapat adanya, dalilnya adalah dalil-dalil yang lemah.

Jadi cukup ketika melakukan sujud sahwi, bertakbir untuk sujud pertama, lalu sujud. Kemudian bertakbir lagi untuk bangkit dari sujud pertama dan duduk sebagaimana duduk antara dua sujud (duduk iftirosy). Setelah itu bertakbir dan sujud kembali. Lalu bertakbir kembali, kemudian duduk tawaruk. Setelah itu salam, tanpa tasyahud lagi sebelumnya.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, “Tidak ada dalil sama sekali yang mendukung pendapat ulama yang memerintahkan untuk tasyahud setelah sujud kedua dari sujud sahwi. Tidak ada satu pun hadits shahih yang membicarakan hal ini. Jika memang hal ini disyariatkan, maka tentu saja hal ini akan dihafal dan dikuasai oleh para sahabat yang membicarakan tentang sujud sahwi. Karena kadar lamanya tasyahud itu hampir sama lamanya dua sujud bahkan bisa lebih. Jika memang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan tasyahud ketika itu, maka tentu para sahabat akan lebih mengetahuinya daripada mengetahui perkara salam, takbir ketika akan sujud dan ketika akan bangkit dalam sujud sahwi. Semua-semua ini perkara ringan dibanding tasyahud.”[3]

Do’a Ketika Sujud Sahwi

Sebagian ulama menganjurkan do’a ini ketika sujud sahwi,

سُبْحَانَ مَنْ لَا يَنَامُ وَلَا يَسْهُو

“Subhana man laa yanaamu wa laa yas-huw” (Maha Suci Dzat yang tidak mungkin tidur dan lupa).[4]

Namun dzikir sujud sahwi di atas cuma anjuran saja dari sebagian ulama dan tanpa didukung oleh dalil. Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan,

قَوْلُهُ : سَمِعْت بَعْضَ الْأَئِمَّةِ يَحْكِي أَنَّهُ يَسْتَحِبُّ أَنْ يَقُولَ فِيهِمَا : سُبْحَانَ مَنْ لَا يَنَامُ وَلَا يَسْهُو – أَيْ فِي سَجْدَتَيْ السَّهْوِ – قُلْت : لَمْ أَجِدْ لَهُ أَصْلًا .

“Perkataan beliau, “Aku telah mendengar sebagian ulama yang menceritakan tentang dianjurkannya bacaan: “Subhaana man laa yanaamu wa laa yas-huw” ketika sujud sahwi (pada kedua sujudnya), maka aku katakan, “Aku tidak mendapatkan asalnya sama sekali.”[5]

Sehingga yang tepat mengenai bacaan ketika sujud sahwi adalah seperti bacaan sujud biasa ketika shalat. Bacaannya yang bisa dipraktekkan seperti,

سُبْحَانَ رَبِّىَ الأَعْلَى

“Subhaana robbiyal a’laa” [Maha Suci Allah Yang Maha Tinggi][6]

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ ، اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِى

“Subhaanakallahumma robbanaa wa bi hamdika, allahummagh firliy.” [Maha Suci Engkau Ya Allah, Rabb kami, dengan segala pujian kepada-Mu, ampunilah dosa-dosaku][7]

Dalam Mughnil Muhtaj –salah satu kitab fiqih Syafi’iyah- disebutkan, “Tata cara sujud sahwi sama seperti sujud ketika shalat dalam perbuatann wajib dan sunnahnya, seperti meletakkan dahi, thuma’ninah (bersikap tenang), menahan sujud, menundukkan kepala, melakukan duduk iftirosy[8] ketika duduk antara dua sujud sahwi, duduk tawarruk[9] ketika selesai dari melakukan sujud sahwi, dan dzikir yang dibaca pada kedua sujud tersebut adalah seperti dzikir sujud dalam shalat.”

Sebagaimana pula diterangkan dalam fatwa Al Lajnah Ad Daimah (komisi fatwa di Saudi Arabia) ketika ditanya, “Bagaimanakah kami melakukan sujud sahwi?”

Para ulama yang duduk di Al Lajnah Ad Daimah menjawab, “Sujud sahwi dilakukan dengan dua kali sujud setelah tasyahud akhir sebelum salam, dilakukan sebagaimana sujud dalam shalat. Dzikir dan do’a yang dibaca ketika itu adalah seperti ketika dalam shalat. Kecuali jika sujud sahwinya terdapat kekurangan satu raka’at atau lebih, maka ketika itu, sujud sahwinya sesudah salam. Demikian pula jika orang yang shalat memilih keraguan yang ia yakin lebih kuat,maka yang afdhol baginya adalah sujud sahwi sesudah salam. Hal ini berlandaskan berbagai hadits shahih yang membicarakan sujud sahwi. Wabillahit taufiq, wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa aalihi wa shohbihi wa sallam.


Memperingatkan Imam

Di saat imam itu lupa, makmum disyari’atkan untuk mengingatkannya yaitu dengan ucapan tasbih “subhanallah” bagi laki-laki dan tepuk tangan bagi wanita. Hal ini berdasarkan hadits Sahl bin Sa’id, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ نَابَهُ شَىْءٌ فِى صَلاَتِهِ فَلْيَقُلْ سُبْحَانَ اللَّهِ

“Barangsiapa mengingatkan sesuatu pada imam dalam shalatnya, maka ucapkanlah “subhanallah” (Maha Suci Allah).” (HR. Bukhari no. 1218)

مَنْ نَابَهُ شَىْءٌ فِى صَلاَتِهِ فَلْيُسَبِّحْ فَإِنَّهُ إِذَا سَبَّحَ الْتُفِتَ إِلَيْهِ وَإِنَّمَا التَّصْفِيحُ لِلنِّسَاءِ

“Barangsiapa menjadi makmum lalu merasa ada kekeliruan dalam shalat, hendaklah dia membaca tasbih. Karena jika dibacakan tasbih, dia (imam) akan memperhatikannya. Sedangkan tepukan khusus untuk wanita.” (HR. Bukhari no. 7190 dan Muslim no. 421)

Cara wanita tepuk tangan adalah bagian dalam telapak tangan menepuk bagian punggung telapak tangan lainnya. Demikian kata penulis Shahih Fiqh Sunnah, Syaikh Abu Malik hafizhohullah.[1]

Imam Merespon Peringatan dari Makmum

Mayoritas ulama dari ulama Hanafiyah, Syafi’iyah dan Hanabilah berpendapat bahwa jika imam menambah dalam shalatnya, namun imam yakin atau berprasangka kuat bahwa ia benar, sedangkan makmum berpendapat bahwa imam telah mengerjakan lima raka’at (misalnya), maka imam tidak perlu merespon makmum.

Hal di atas adalah jika imam berada dalam kondisi yakin atau sangkaan kuat bahwa ia benar. Jika imam berada dalam kondisi ragu-ragu, maka ia wajib merespon peringatan makmum. Demikian pendapat mayoritas ulama berdasarkan hadits Dzul Yadain yang pernah disebutkan dalam tulisan yang lewat.

Jika Imam Lupa dan Melakukan Sujud Sahwi, Makmum Wajib Mengikuti Imam

Baik kondisinya adalah makmum dan imam sama-sama lupa atau imam saja yang lupa, maka jika imam lakukan sujud sahwi, makmum wajib ikuti. Ibnul Mundzir berkata, “Semua ulama sepakat bahwa makmum ketika imam lupa dalam shalatnya dan imam melakukan sujud sahwi, maka wajib bagi makmum untuk sujud bersamanya. Alasannya adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

إِنَّمَا جُعِلَ الإِمَامُ لِيُؤْتَمَّ بِهِ

“Sesungguhnya imam itu diangkat untuk diikuti.”[2][3]

Jika Imam Lupa dan Tidak Melakukan Sujud Sahwi, Apakah Makmum Harus Melakukan Sujud Sahwi?

Pendapat yang tepat dalam masalah ini adalah makmum tetap melakukan sujud sahwi walaupun imam tidak melakukannya.Yang berpendapat semacam ini adalah Ibnu Sirin, Qotadah, Al Auza’i, Malik, Al Laits, Asy Syafi’i, Abu Tsaur, dan salah satu pendapat dari Imam Ahmad. Alasannya, karena sujud sahwi itu wajib bagi imam dan makmum. Oleh karena itu, tidak boleh makmum meninggalkan kewajiban sebagaimana yang diwajibkan pada imam. Demikian pula karena setiap orang yang melaksanakan shalat semua wajib melakukan hal yang fardhu, sebagaimana imam pun demikian. Maka tidak boleh sujud sahwi ini ditinggalkan kecuali dengan menunaikannya.

Apakah Makmum Masbuk Juga Ikut Melakukan Sujud Sahwi?

Yang tepat dalam masalah ini makmum masbuk (yang telat mengikuti imam sejak awal) melakukan sujud sahwi bersama imam jika sujud sahwinya sebelum salam. Namun jika sujud sahwi terletak sesudah salam, makmum tersebut tetap berdiri melanjutkan shalatnya dan ia sujud sahwi setelah ia salam (mengikuti sujud sahwi yang dilakukan oleh imam sebelum tadi). Inilah pendapat dari Imam Malik, Al Auza’i, dan Al Laits. Pendapat ini yang dikuatkan oleh penulis Shahih Fiqh Sunnah, Syaikh Abu Malik.

Jika Makmum Lupa di Belakang Imam

Jika makmum yang lupa sedangkan imam tidak, maka kealpaan makmum dipikul oleh imam, dan makmum tersebut tidak perlu melakukan sujud sahwi. Inilah pendapat mayoritas ulama dari empat madzhab. Telah terdapat hadits yang membicarakan hal ini,

لَيْسَ عَلَى مَنْ خَلْفَ الإِمَامِ سَهْوٌ فَإِنْ سَهَا الإِمَامُ فَعَلَيْهِ وَعَلَى مَنْ خَلْفَهُ السَّهْوُ وَإِنْ سَهَا مَنْ خَلْفَ الإِمَامِ فَلَيْسَ عَلَيْهِ سَهْوٌ وَالإِمَامُ كَافِيهِ

“Tidak diharuskan bagi yang shalat di belakang imam ketika ia dalam keadaan lupa (untuk sujud sahwi). Jika imam lupa, maka itu jadi tanggungannya dan makmum di belakangnya mengikuti dalam sujud sahwi. Jika makmum yang lupa, maka tidak ada kewajiban sujud sahwi untuknya. Imam sudah mencukupinya.” Hadits ini dho’if.[4] Akan tetapi hadits tersebut diamalkan oleh kebanyakan ulama.

Untuk mendukung hal di atas, ada penjelasan yang apik dari Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani rahimahullah sebagai berikut,

“Kami tahu dengan yakin bahwa sahabat yang meneladani Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa shalat di belakang beliau. Dan di antara mereka pasti pernah dalam keadaan lupa yang di mana mengharuskan mereka untuk sujud sahwi jika mereka shalat sendirian. Jika memang sahabat ketika shalat di belakang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mereka lupa, lalu mereka sujud sahwi setelah salam beda dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, tentu ada keterangan (dalam riwayat) kalau para sahabat melakukan seperti itu. Namun jika tidak ada riwayat tentang hal itu, maka menunjukkan bahwa dalam kondisi makmum saja yang lupa tanpa imam, maka tidak disyariatkan makmum untuk sujud sahwi. Ini adalah penjelasan yang amat jelas—insya Allah Ta’ala–. Hal ini telah dikuatkan dengan hadits Mu’awiyah bin Al Hakam As Sulami bahwasanya ia ngobrol di belakang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam karena tidak tahu. Namun Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak memerintahkan dia untuk sujud sahwi.”[5]

Demikian sajian sederhana kami tentang sujud sahwi. Yang benar datang dari Allah, yang keliru dalam tulisan kami adalah dari kesalahan diri kami sendiri yang lemah.

Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna